SELAMAT DATANG DI BLOG CAHAYA PENGETAHUAN
PENGETAHUAN ADALAH NAFAS, NAFAS UNTUK MENCARI PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN UNTUK BERNAFAS

Selasa, 13 November 2012

Jangan tuntut anak anda !!

JANGAN TUNTUT ANAK ANDA

Anda punya anak dengan setumpuk kegiatan les di luar jam sekolah? Les piano, berenang, serta les bahasa Inggris, Jepang, atau Korea? Saking banyaknya les, si anak kemudian kehilangan waktu bermain dengan anak-anak sebayanya? Ada baiknya Anda sebagai orang tua memikirkan ulang semua itu. Sebab, bukan tak mungkin kegiatan yang seabrek-abrek itu membuat anak Anda stres.

Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari lembaga psikologi Personal Growth Jakarta, fenomena seperti itu sekarang lazim terjadi. Orang tua menstimulasi anak secara berlebihan dengan alasan agar anak-anak mereka mampu bersaing menghadapi tantangan global.

“Namun, lantaran komunikasi dua arah antara orang tua dan anak kurang baik, yang terjadi si anak stres,” ujar Ratih saat membahas masalah stres pada anak di Jakarta, Selasa, 20 Maret 2012 lalu.

Ia tak sekadar bicara. Data dari Personal Growth menunjukkan empat dari lima anak yang dibawa orang tuanya untuk berkonsultasi ternyata mengalami stres berat. Kebanyakan dari mereka stres karena tuntutan orang tua yang terlalu berlebihan terhadap performa di sekolah atau dikenal dengan istilah over-stimulating. “Anak masih terlalu muda langsung disuruh les ini-itu, les bahasa sampai tiga jenis. Padahal, kapasitas otaknya belum memenuhi,” ujar Ratih.

Becermin dari kasus-kasus itu, ia menekankan bahwa bukan obsesi orang tua yang harus ditanamkan pada anak, melainkan nilai dan pola pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak. "Sering tanpa sadar orang tua memaksakan keinginannya pada anak dengan alasan demi kebaikan anak," ujar Ratih.

Stres pada anak, Ratih melanjutkan, juga bisa terjadi karena pergaulan atau tekanan sosial. Pergaulan di sekolah, sekadar contoh, dapat memicu stres bila anak tidak diterima di lingkungannya.

“Misalnya, si anak di-bully oleh teman-temannya, kakak kelas, bahkan tanpa sadar oleh gurunya,” ujar Ratih. Namun, berdasarkan laporan yang diperoleh lembaga psikologinya, jumlah anak yang stres karena bullying tidak begitu banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar