SELAMAT DATANG DI BLOG CAHAYA PENGETAHUAN
PENGETAHUAN ADALAH NAFAS, NAFAS UNTUK MENCARI PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN UNTUK BERNAFAS

Selasa, 13 November 2012

Fakta tentang multivitamin

SUPLEMEN MULTIVITAMIN TERNYATA BERBAHAYA 

foto

Nur Afiyah, 49 tahun, tidak mau lagi sembarangan minum suplemen makanan. Sekitar lima bulan lalu, ibu lima anak ini mengkonsumsi suplemen penambah nafsu makan. Dia disarankan oleh penjaga toko di daerah Kebon Jeruk, Jakarta. "Bentuknya kapsul. Kata penjaga toko, banyak dokter yang menyarankan minum multivitamin itu," kata Nur Afiyah pada Tempo, Sabtu, 10 November 2012.

Tanpa berpikir panjang, Nur Afiyah pun membeli satu strip berisi 10 kapsul. Dia pun memakan multivitamin itu sehari sekali. Belum lagi terlihat khasiat multivitamin tersebut, Nur Afiyah segera menghentikan mengkonsumsi suplemen di hari kedua. "Sehabis makan kapsul, jantung jadi berdebar-debar keras," ujar Nur Afiah. Bila diteruskan, dia khawatir tentang keselamatannya.

"Saya punya penyakit hipertensi. Suplemen itu mungkin membuat tensi makin naik sehingga jantung berdebar-debar," ujarnya.

Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Sukiman Said Umar, mengatakan jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan, seperti mual, pusing, muntah, jantung berdebar-debar, maka penggunaan kapsul harus cepat dihentikan.

Dalam seminar bertema "Suplemen Makanan: Kawan atau Lawan", Rabu, 7 November 2012, di kantor BPOM, Jalan Percetakan Negara, Jakarta. Sukiman meminta masyarakat bijaksana dalam mengkonsumsi suplemen.

Menurut dia, posisi suplemen sesungguhnya hanya tambahan atau pelengkap. Sejauh memang seseorang membutuhkan kelengkapan suplemen dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti seseorang baru sembuh dari sakit, kehamilan, menyusui, lanjut usia, atau dalam keadaan diet.

"Jika tidak membutuhkan, maka cukup dengan asupan makanan secara normal saja, karbohidrat, protein, mineral, dan sebagainya. Itu, kan, sudah mencukupi," ujar Sukiman.

Mengkonsumsi suplemen makanan serampangan justru mengundang bahaya. Kandungan suplemen, kata Sukiman, biasanya berisi vitamin-vitamin, protein, asam amino, mineral. Bila berlebihan, kerusakan organ tubuh maupun efek toksik bisa menghadang. Untuk zat-zat pada suplemen yang larut dalam air, kadar yang berlebihan akan memperberat kerja organ ginjal. Sedangkan untuk zat-zat yang diserap dalam lemak, kelebihan zat akan terus ditimbun sehingga bisa tubuh bisa mengalami keracunan.

Efek negatif penggunaan suplemen adalah rambut rontok, mual, muntah, sakit kepala, gangguan tidur, kulit bersisik, tulang rapuh, gangguan pada ginjal serta hati. "Jangan mudah tergiur dengan promosi atau iklan suplemen makanan yang dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit," Sukiman menegaskan.
 
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Kementerian Kesehatan melakukan survei konsumen di tiga kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung tentang konsumsi suplemen makanan. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 ini menunjukkan bahwa konsumsi suplemen makanan terbanyak adalah pada perempuan, yaitu 78,1 persen dan 21,9 persen adalah laki-laki.

Alasan mengkonsumsi suplemen adalah untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan stamina (59,4 persen), sebagian hanya untuk mengatasi kegemukan, mencegah keriput (proses penuaan), serta menghaluskan kulit yang kasar. Lama pemakaian suplemen makanan untuk menjaga kesehatan tersebut berkisar 1-3 tahun (40,6%). Berbagai penelitian menyebutkan bahwa di kota-kota besar suplemen makanan lebih banyak dikonsumsi oleh golongan menengah atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar